MENGHADIAHI IBU TAK HARUS MENUNGGU 22 DESEMBER
IBU
Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki, penuh darah... penuh nanah
Seperti udara... kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas...ibu...ibu
Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas...ibu...ibu....
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki, penuh darah... penuh nanah
Seperti udara... kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas...ibu...ibu
Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas...ibu...ibu....
Seperti udara... kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas...ibu...ibu
Lirik lagu “Ibu” karya Iwan Fals di
atas mengingatkan kita akan perjuangan dan ketulusan seorang ibu dalam
mengasihi dan mencintai anaknya. Seorang ibu memiliki peran yang sangat mulia.
Mulai dari perjuangannya menjaga sang buah hati ketika dalam kandungannya
selama kurang lebih sembilan bulan lamanya, mempertaruhkan jiwa dan raganya
demi melahirkan sang buah hati, hingga merawat dan membesarkannya dengan
sepenuh kasihnya. Karena peranan yang begitu besar inilah, masyarakat di
seluruh penjuru dunia memiliki apa yang dinamakan Hari Ibu atau Mother’s Day.
Konon, Hari Ibu merupakan momen
spesial untuk merenungi kemuliaan seorang ibu. Banyak kegiatan yang dilakukan
oleh masyarakat dunia untuk memperingati Hari Ibu. Di antaranya ialah dengan
memberi kado spesial maupun mengadakan acara atau kegiatan yang bertema ibu.
Di Inggris, Hari Ibu dikenal dengan
istilah Mothering Sunday yang jatuh
di hari Minggu pada minggu keempat pra-Paskah. Mothering Sunday ini menjadi kesempatan bagi anak-anak untuk menghormati
ibu mereka dengan memberinya hadiah. Selain itu, Mothering Sunday biasanya juga diperingati dengan makan kue
tertentu dan berkunjung ke gereja.
Sebagian besar negara di wilayah
timur tengah merayakan Hari Ibu setiap tanggal 21 Maret. Di Mesir misalnya,
Hari Ibu diresmikan oleh pemerintah pada tanggal 21 Maret 1956. Sedangkan
sebagian besar negara di wilayah Amerika merayakan Hari Ibu setiap hari Minggu
di minggu kedua bulan Mei.
Perayaan Hari Ibu di beberapa negara
di dunia memang berbeda-beda. Di Indonesia sendiri, Hari Ibu diperingati setiap
tanggal 22 Desember. Melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1956, pada tanggal 16
Desember 1956 Presiden Soekarno menetapkan Hari Ibu sebagai Hari Nasional.
Namun untuk merenungi dan menghormati kemuliaan seorang ibu, haruskah kita
menunggu tanggal 22 Desember?
Seorang anak biasanya menyiapkan
hadiah bagi sang ibu hanya ketika sang ibu berulang tahun atau hanya ketika
Hari Ibu tiba. Kita tahu, membalas jasa seorang ibu tidak akan pernah bisa dilakukan
oleh seorang anak. Namun membahagiakan dan menyenangkan seorang ibu dapat
dilakukan kapan saja, tanpa harus menunggu momen yang dianggap spesial tiba.
Menghormati
dan membahagiakan seorang ibu semestinya dilakukan dengan tidak mengenal waktu,
sebagaimana cinta sang ibu kepada seorang anak yang tak terhingga. Hari Ibu ada
hanya sebagai simbol kebaktian yang diperingati secara serentak saja. Terlepas
dari itu, membahagiakan sang ibu dapat dilakukan dalam keseharian kita.
Kepatuhan seorang anak terhadap nasihat dan perintah orang tua menjadi
kebahagiaan tersendiri bagi ibu. Keberhasilan sang anak menjadi hadiah spesial
bagi sang ibu.
Betapa senangnya hati seorang ibu
ketika melihat anaknya mau belajar dan beribadah. Betapa damainya hati seorang ibu
ketika mendapat dukungan dan doa dari sang anak. Hadiah tidak selamanya harus
berupa materi. Membahagiakan dan menyayangi ibu tidak harus menunggu datangnya
Hari Ibu. Hadiahi sang ibu dengan segenap kemampuan kita, kapan pun dan di mana
pun.
Ditulis : Lia Budi Cahyani
Editor : Sari Jauharoh
0 komentar: