FEATURE: MENGUKIR JEJAK DI GUNUNG MERBABU

Merapi dan Merbabu bertengger bersampingan via www.tripadvisor.com

Dari kejauhan Gunung Merbabu bertengger dengan gagah di samping Gunung Merapi. Puncaknya lebih sering terlihat dipenuhi awan putih keabu-abuan di awal tahun ini. Kendati demikian, setiap harinya Merbabu dipenuhi ratusan pengunjung yang hendak mendaki.
Gunung Merbabu adalah gunung api yang bertipe Strato yang terletak di Jawa Tengah dengan ketinggian 3.142 mdpl. Secara administratif gunung ini berada di wilayah Kota Salatiga di lereng utara, Kabupaten Boyolali di lereng sebelah timur dan selatan, serta Kabupaten Magelang di lereng sebelah barat.

Sore  itu cuaca agak mendung. Jam di tangan menunjukkan pukul dua. Kami, tiga mahasiswa dan dua mahasiswi Universitas Sebelas Maret (UNS Solo), memulai pendakian Merbabu dari jalur Selo. Udara sudah mulai dingin karena kabut mulai turun menyelimuti sepanjang jalan pendakian. Walaupun persiapan yang matang sudah menjadi bekal dalam pendakian ini, kami tetap saja khawatir apabila hujan datang.

Benar saja, baru sekitar satu jam berjalan, gerimis sudah mulai turun. Para pendaki terlihat sibuk mengeluarkan jas hujan dan menutupkannya pada tubuh, begitu pun kami. Dan perjalanan pun tetap dilanjutkan. Kami tertolong oleh rimbunnya pepohonan di sekitar jalan pendakian sehingga gerimis tak begitu membuat kami basah. Namun, perjalanan tetap saja terganggu karena jalanan menjadi licin karena basah. Jas hujan yang dikenakan pun kadang mengganggu langkah kaki. Terpeleset dan terjerembab kadang tak bisa dihindari. Tetapi, rintangan-rintangan tersebut tak menyurutkan niat kami untuk terus berjalan menuju puncak Kentheng Songo, puncaknya Gunung Merbabu.

Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam ketika kaki telah menapakkan kaki di Pos 3. Angin yang berembus kencang membawa udara dingin hingga membuat bulu kuduk berdiri. Hujan pun semakin turun deras. Mau tak mau kami harus menghentikan perjalanan dan mendirikan tenda di tempat terbuka yang cukup luas ini yang sering disebut Batu Tulis.

Pos 3 Batu Tulis via gadisrantau.wordpress.com

Keesokan harinya, cuaca cukup cerah walaupun matahari masih sedikit malu-malu keluar dari persembunyiannya di balik awan putih. Ternyata ada banyak tenda yang didirikan di Batu Tulis. Di tengah tempat ini terdapat sebuah batu yang cukup besar. Pemandangan indah di sekitar Batu Tulis bisa menjadi pengobat lelah. Edelweiss banyak tumbuh di tempat ini. Apabila berkunjung ke Merbabu di pertengahan bulan, akan disuguhi kuningnya bunga Edelweiss yang bermekaran. Di sisi selatan, terdapat bukit-bukit yang merupakan tempat favorit para pendaki untuk berfoto. Di bukit-bukit ini apabila tidak ditutupi awan akan terlihat Gunung Merapi yang sangat indah di sebelah selatan.

Setelah sarapan kami segera berkemas untuk melanjutkan perjalanan. Kami tak membawa banyak barang untuk melanjutkan perjalanan. Barang yang tidak terlalu dibutuhkan, kami tinggal di dalam tenda. Dengan hanya berbekal makanan dan minuman yang cukup, kamera, serta jas hujan kami mulai menaiki bukit. Bukit ini sangat terjal dan licin sehingga perlu perjuangan sangat keras untuk merangkak bergerak ke atas. Di sisi kiri jalan sudah dipasangi tali yang dapat membantu para pendaki menaiki bukit.

Sekitar satu jam berjuang melintasi medan yang berat dan terjal, sampailah di puncak bukit. Ketika menuruni bukit dan berjalan landai, akan terlihat padang rumput yang membentang luas. Di depan mata akan terlihat juga bukit-bukit hijau yang sangat indah, seperti bukit-bukit di serial anak-anak Teletubbies. Tempat ini merupakan Pos 4 yang biasanya disebut Sabana 1. Sedikit naik bukit dan kemudian turun lagi, mata akan kembali dimanjakan dengan padang rumput yang merupakan Pos 5 atau biasa disebut Sabana 2. Jalur selanjutnya akan turun dan landai, lalu sampailah kami di Jemblongan. Yakni sebuah tempat yang banyak ditumbuhi Edelweiss dalam ukuran besar dan rapat sehingga membentuk hutan yang rindang. Di sini adalah tempat terakhir yang bisa digunakan untuk berteduh dan beristirahat dengan nyaman, karena jalur selanjutnya berupa padang rumput terbuka yang kering dan sangat terjal. Siang itu banyak pendaki yang kesulitan melewati jalur ini karena sangat licin.



Sabana di Gunung Merbabu via inspiring-aya.blogspot.com

Hujan dan angin datang lagi ketika kami sudah hampir mencumbu puncak, sehingga kami harus beberapa kali berhenti. Setelah berjalan sekitar dua jam kami mencapai puncak tertinggi Merbabu yaitu Kentheng Songo. Dari puncak Kentheng Songo akan terlihat bukit-bukit indah yang telah ditempuh untuk menggapai puncak Gunung Merbabu. Di balik bukit-bukit tersebut apabila tidak mendung akan terlihat puncak Gunung Merapi yang mengepulkan asap setiap saat. Dia terlihat dekat sekali. Ke arah barat tampak Gunung Sumbing dan Gunung Sundoro yang terlihat indah. Lebih dekat lagi tampak Gunung Telomoyo dan Gunung Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur tampak Gunung Lawu dengan puncaknya yang memanjang.

Pemandangan Gunung Merapi dari Gunung Merbabu

Pemandangan dari puncak gunung sanggup menyihir siapa saja yang melihatnya. Langit dan bumi bertemu di batas cakrawala, menyajikan panorama yang membuat kita semua terkesima. Titik tertinggi yang kita pijak memberikan sudut pandang tak biasa, membuat kita mengerti bahwa masih ada tempat luar biasa lainnya yang layak untuk kita jamahi.

Perjalanan menuju puncak Gunung Merbabu sangat berat dan melelahkan. Meskipun begitu, kami tak pernah kehilangan semangat untuk terus berjalan. Terutama berjalan untuk kembali pulang ke rumah.


Oleh      : Sari Jauharoh

0 komentar: